ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
A.
Perkembangan Sains dan Teknologi, Serta Karakteristik dan Sumbernya
Ilmu
(atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti.
Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian
ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Kata
ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau
mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti
memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah
sosial, dan lain sebagainya.
Sejarah
ilmu pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia terlepas dari asal
usul kebangsaan maupun asal mula negara, dan pembagian lintasan sejarah ilmu
yang paling tepat adalah menurut urutan waktu dan bukan berdasarkan pembagian
negara, lintasan sejarah ilmu terbaik mengikuti pembagian kurun waktu dari satu
zaman yang terdahulu ke zaman berikutnya, zaman tertua dari pertumbuhan ilmu
adalah zaman kuno yang merentang antra tahun kurang lebih 4000 SM-400M.
Zaman kuno ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1.
± 4000- 6000 s.M : Masa Mesir dan Babilon
2.
600-30 s.M :
Masa Yunani Kuno
3.
30 SM-400 M : Masa Romawi
Di
mesir mulai tumbuh berbagai gagasan ilmiah dari pengetahuan arsitektur, ilmu
gaya, ilmu hitung, ilmu ukur. Semua ilmu ini penting untuk keperluan membangun
berbagai kuil, istana, dan piramid. Ilmu bedah dan ilmu kedokteran juga mulai
dikembangkan di Mesir, di Babilonia dikembangkan berbagai gagasan ilmiah
dari ilmu bintang dan ilmu pasti. Suatu hal lain yang perlu diketahui bahwa
masih melekat pada pertumbuan ilmu pada masa yang pertama ini adalah adanya
penjelasan penjelasan yang persifat gaib. Pada masa berikutnya di Yunani Kuno antara
tahun 600-30 S.M mengenal siapa para pengembang ilmu serta tempat dan tahun
kelahirannya.
Ada
dua jenis ilmu yang dipelajari yang pada waktu itu mendekati kematangannya,
pertama, ilmu kedokteran, praktek yang setidaknya mencoba menerapkan metode
yang berdisiplin dalam pengamatan dan penarikan kesimpulan, dan kedua,
geometri, yang sedang mengumpulkan setumpukan hasil di seputar
hubungan-hubungan antara ilmu hitung yang disusun secara khusus dan sedang
mendekati masalah-masalah struktur logis serta masalah-masalah definisi.
Imuwan-ilmuwan yang terkemuka pada waktu itu di antaranya adalahThales
(±525-654 s.M.) merupakan ilmuwan yang pertama di dunia karena ia memplopori
tumbuhnya Ilmu Bintang, Ilmu Cuaca, Ilmu Pelayaran, dan Ilmu Ukur dengan
berbagai ciptaaan dan penemuan penting. Ilmuwan Yunani Kuno kedua adalah
Pythagoras (578?-510 s.M.) merupakan ahli Ilmu Pasti. Ilmuwan Yunani Kuno yang
ketiga adalah Democritus (±470-±400 s.M.), gagasan ilmiahnya yang terkenal
ialah tentang atom.
Perkembangan
ilmu pada Masa berikutnya adalah Masa Romawi yang merupakan masa terakhir dari
pertumbahan ilmu pada Zaman Kuno dan merupakan masa yang paling sedikit
memberikan sumbangsih pada seajarah ilmu dalam Zaman Kuno. Namun bangsa Romawi
memiliki kemahiran dalam kemampuan keinsinyuran dan keterampilan
ketatalaksanaan serta mengatuur hukum dan pemerintahan. Bangsa ini tidak
menekankan soal-soal praktis dan mengabaikan teori ilmiah, sehingga pada masa
ini tidak muncul ilmuwan yang terkemuka. Perkembangan berikutnya pada zaman pertengahan,
ribuan naskah pengetahuan dari Zaman Yunani Kuno yang terselamatkan dan
diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh cendekiawan Muslim dan sebagian ditambahi
catatan ulasan, abad VII dan VIII Kaum Muslim meguasai wilayah-wilayah Asia
Kecil sampai Mesir dan Spanyol. Kota-kota yang merupakan pusat-pusat
kebudayaannya ialah Bagdad, Damaskus, Kairo, Kordoba, dan Toledo.
Ilmuwan-ilmuwan Muslim yang terkenal seperti Al-Razi (865-925) dan Ibnu Sina
(980-1037) adalah ahli ilmu Kedokteran, Jabir ibn Hayyan (±721-±815) dalam
Pengetahuan Kimia dan obat-obatan, serta dalam Ilmu Penglihatan oleh Ibn
al-Haytham (965-1038).
Pada
abad XI bangsa-bangsa Eropa Utara berangsur-angsur mengetahui perkembangan
pengetahuan ilmiah yang berlagsung di daerah Muslim. Dan dengan sebab itu Abad
XIV-XVI dikenal Zaman Pencerahan (renaissance) di Eropa, ditandai dengan
kelahiran kembali semua ilmiah maupun pengetahuan kemanusiaan dari Masa Yunani
Kuno. Ilmuwan yang terkemuka saat itu ialah Nicolaus Copernicus (1473-1543)
seorang peletak dasar Ilmu Bintang Modern. Lainnya adalah Andreas Vesailus
(1514-1564) ahli Ilmu Urai Tubuh Modern. Dengan berakhirnya Zaman Pencerahan
dunia memasuki Zaman Modern mulai Abad XVII, pengertian ilmu yang modern dan
berlainan dengan ilmu lama atau klasik mulai berkembang dalm abad ini.
Perkembangan ini terjadi karena perkembangan 3 hal, yaitu perubahan alam
pikiran orang, kemajuan teknologi, dan lahirnya tata cara ilmiah. Pada Zaman
ini banyak melahirkan ilmuwan dengan teori baru di bidang ilmu pengetahuan yang
beragam. Misal, Isaac Newton (1642-1727) penemu Kaidah Gaya Berat dan Teori
Butir Cahaya, Thomas Robert Malthus (1766-1834) Teori Kependudukan. Setelah
memasuki Abad XX pertumbuhan ilmu di dunia mengalami ledakan, karena boleh
dikatakan setiap tahun puluhan penemuan hasil penelitian para ilmuwan muncul.
Berbeda
dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang
mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu
dapat disebut sebagai ilmu.
Sifat
ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam
yang telah ada lebih dahulu.
1.
Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan
masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari
dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni
persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif;
bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2.
Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini
adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis
berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum
metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode
ilmiah.
3.
Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek,
ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis
sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu ,
mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu
yang ketiga.
4.
Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang
bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º.
Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu
sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan
ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai
tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan
tertentu pula.
Usaha-usaha
manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah di segenap penjuru alam
semesta melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences), sedangkan
usaha-usaha manusia untuk menggali dan meneliti ayat-ayat Allah dalam kehidupan
manusia melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan sosial dan budaya (social and cultural
sciences).
Pengembangan
ilmu pengetahuan dapat dilakukan oleh siapa saja, baik orang yang beriman
maupun yang tidak beriman, asalkan memiliki sikap intelektual dan kemampuan
metodologi ilmiah, sebab ayat-ayat Allah bersifat:
1.
pasti (Al-Furqan 2)
2.
tidak pernah berubah (Al-Fath 23)
3.
obyektif (Al-Anbiya’ 105)
Dampak
positif dari adanya Iptek adalah sebagai berikut :
1.
Mampu meringankan masalah yang dihadapi manusia.
2.
Mengurangi pemakaian bahan – bahan alami yang semakin langka.
3.
Membuat segala sesuatunya menjadi lebih cepat
4.
Membawa manusia kearah lebih modern.
5.
Menyadarkan kita akan keesaan Allah SWT
6.
Menjawab pertanyaan yang dari dulu diajukan oleh nenek moyang kita melalui
penelitian ilmiah.
Sedangkan
dampak negatif dari adanya Iptek adalah sebagai berikut :
1.
Dengan segala sesuatunya yang semakin
mudah, menyebabkan orang – orang menjadi malas berusaha sendiri.
2.
Menjadi tergantung pada alat yang
dihasilkan oleh IPTEK itu sendiri.
3.
Melupakan keindahan alam.
4.
Masyarakat lebih menyukai yang instan.
5.
Dengan memanipulasi makanan yang ada,
menyebabkan masyarakat kurang gizi.
6.
Kekhawatiran masyarakat terhadap IPTEK
yang semakin maju menyebabkan peradaban baru.
B.
Akal dan Wahyu dalam Islam
Akal
adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan
makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang
dapat mempermudah urusan mereka di dunia. Materi “aql” dalam al-Qur’an terulang
sebanyak 49 kali, kecuali satu, semuanya datang dalam bentuk kata kerja seperti
dalam bentuk ta’qilun atau ya’qilun. Kata kerja ta’qilun terulang sebanyak 24
kali dan ya’qilun sebanyak 22 kali, sedangkan kata kerja a’qala, na’qilu dan
ya’qilu masing-masing satu kali (Qardawi, 1998: 19).
Pengertian
akal dapat dijumpai dalam penjelasan ibnu Taimiyah (2001: 18). Lafadz akal
adalah lafadz yang mujmal (bermakna ganda) sebab lafadz akal mencakup tentang
cara berfikir yang benar dan mencakup pula tentang cara berfikir yang salah.
Adapun cara berfikir yang benar adalah cara berpikir yang mengikuti tuntunan
yang telah ditetapkan dalam syar’a. Lebih lanjut, Ibnu Taimiyah dalam bukunya
yang berjudul Hukum Islam dalam Timbangan Akal dan Hikmah juga menyinggung
mengenai kesesuaian nash al-Qur’an dengan akal, jika ada pemikiran yang
bertentangna dengan akal maka akal tersebutlah yang salah karena mengikuti cara
berpikir yang salah.
1.
Definisi Akal
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, akal adalah daya pikir untuk memahami sesuatu
atau kemampuan melihat cara-cara memahami lingkungannya. Dalam penelitian ini,
yang dimaksud dengan akal adalah gabungan dari dua pengertian di atas, yang
disampaikan oleh ibn Taimiyah dan menurut kamus, yakni daya pikir untuk
memahami sesuatu, yang di dalamnya terdapat kemungkinan bahwa pemahaman yang
didapat oleh akal bisa salah atau bisa benar. Untuk selanjutnya, dalam
penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata akal.
Akal
secara bahasa dari mashdar Ya’qilu, ‘Aqala, ‘Aqlaa, jika dia menahan dan
memegang erat apa yang dia ketahui.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata,
‘Kata
akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan dari kata
melepas, membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim
yang nampak untuk jisim yang nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin,
maka akal adalah menahan dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk
mengikutinya. Karena inilah maka lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan
ilmu.
Syaikh
Al Albani berkata,
“Akal menurut asal bahasa adalah At
Tarbiyyah yaitu sesuatu yang mengekang dan mengikatnya agar tidak lari kekanan
dan kekiri. Dan tidak mungkin bagi orang yang berakal tersebut tidak lari ke
kanan dan kiri kecuali jika dia mengikuti kitab dan sunnah dan mengikat dirinya
dengan pemahaman salaf.”
Al Imam Abul Qosim Al
Ashbahany berkata,
”Akal ada dua macam yaitu : thabi’i
dan diusahakan. Yang thabi’i adalah yang datang bersamaan dengan yang
kelahiran, seperti kemampuan untuk menyusu, makan, tertawa bila senang, dan
menangis bila tidak senang.”
Kemudian
seorang anak akan mendapat tambahan akal di fase kehidupannya hingga usia 40
tahun. Saat itulah sempurna akalnya, kemudian sesudah itu berkurang akalnya
sampai ada yang menjadi pikun. Tambahan ini adalah akal yang diusahakan.
Adapun
ilmu maka setiap hari juga bertambah, batas akhir menuntut ilmu adalah batas
akhir umur manusia, maka seorang manusia akan selalu butuh kepada tambahan ilmu
selama masih bernyawa, dan kadang dia tidak butuh tambahan akal jika sudah
sampai puncaknya.
Hal
ini menunjukan bahwa akal lebih lemah dibanding ilmu, dan bahwasanya agama
tidak bisa dijangkau dengan akal, tetapi agama dijangkau dengan ilmu.
2.
Pemuliaan Islam Terhadap Akal
Islam
sangat memperhatikan dan memuliakan akal, diantara hal yang menunjukan
perhatian dan penghormatan islam kepada akal adalah :
1.
Islam memerintahkan manusia untuk
menggunakan akal dalam rangka mendapatkan hal-hal yang bermanfaat bagi
kehidupannya.
Islam
mengarahkan kekuatan akal kepada tafakkur (memikirkan) dan merenungi (tadabbur)
ciptaan-ciptaan Allah dan syari’at-syari’atnya sebagaimana dalam firmanNya,
“Dan
mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadiaan) diri mereka? Allah tidak
menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan
(tujuan) benar dan waktu yang telah ditentukan, Dan sesungguhnya kebanyakan
diantara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya. (QS.
Ar-Rum)”
“Dan
dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang
berakal”, (Al Baqarah : 184),
“Hai
orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari
Jum’at, maak bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Jumu’ah :
9).
2.
Islam melarang manusia untuk taklid buta
kepada adat istiadat dan pemikiran-pemikiran yang bathil sebagaimana dalam
firman Allah, Dan apabila dikatakan kepada mereka, ”Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa
yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”, (Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka tidak mengetahui sesuatu apapun,
dan tidak mendapat petunjuk? (QS. Al Baqarah : 170).
3.
Islam memerintahkan manusia agar belajar
dan menuntut ilmu sebagaimana dalam firman Allah, ”Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama.”(QS. At Taubah : 122).
4.
Islam memerintahkan manusia agar
memuliakan dan menjaga akalnya, dan melarang dari segala hal yang dapat merusak
akal seperti khomr, Allah berfirman, “Hai, orang-orang yang beriman
sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Al
Maidah, 90).
3.
Ruang Lingkup Akal Dalam Islam
Meskipun
islam sangat memperhatikan dan memuliakan akal, tetapi tidak menyerahkan segala
sesuatu kepada akal, bahkan islam membatasi ruang lingkup akal sesuai dengan
kemampuannya, karena akal terbatas jangkauannya, tidak akan mungkin bisa
menggapai hakekat segala sesuatu.
Maka
Islam memerintahkan akal agar tunduk dan melaksanakan perintah syar’i walaupun
belum sampai kepada hikmah dan sebab dari perintah itu.
Kemaksiatan
yang pertama kali dilakukan oleh makhluk adalah ketika Iblis menolak perintah
Allah untuk sujud kepada Adam karena lebih mengutamakan akalnya yang belum bisa
menjangkau hikmah perintah Allah tersebut dengan membandingkan penciptaannya
dengan penciptaan Adam,
Iblis
berkata: ”Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan
dia Engkau ciptakan dari tanah..” (QS.Shaad ; 76).
Karena
inilah islam melarang akal menggeluti bidang-bidang yang diluar jangkauannya
seperti pembicaraan tentang Dzat Allah, hakekat ruh, dan yang semacamnya,
Rasulullah bersabda,
”Pikirkanlah
nikmat-nikmat Allah, janganlah memikirkan tentang Dzat Allah.
Allah
berfirman,
Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,”Roh itu termasuk urusan
Tuhanku,dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”(QS.Al Isra’:
85).
Allah
menyuruh kita untuk memaksimalkan kemampuan akal yang diberikan pada kita.
Salah satu cara, Ia menganjurkan pada kita untuk menuntut ilmu setinggi –
tingginya demi kemajuan umat bersama. Bahkan pernah dikatakan dalam suatu
hadits bahwa ada tiga peninggalan yang mampu menolong manusia untuk terhindar
dari api neraka yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan do’a anak sholeh.
Dengan kata lain, Allah hendak mengatakan bahwa ilmu sangatlah penting untuk
kita, sebagai umat islam, bukan hanya penting untuk kehidupan dunia, tetapi
juga kehidupan akhirat. Ilmu yang bermanfaat itu dapat kita bawa hingga ke
akhirat kelak.
Firman
Allah dalam QS. Ali Imran : 110, “Kamu adalah umat yang paling baik (khaira
ummah, umat pilihan), yang dilahirkan untuk kepentingan manusia; menyuruh
mengerjakan yang benar dan melarang membuat salah, serta beriman kepada Allah.
Sekranya orang-orang keturunan Kitab itu beriman, sesungguhnya itu baik untuk
mereka. Sebahagian mereka beriman, tetapi kebanyakannya orang-orang yang
jahat”.
Sebenarnya
umat yang menjadi pengamal wahyu Allah (Islam) memiliki identitas (ciri,
sibghah) yang jelas di antaranya menguasai ilmu pengetahuan. Dalam mewujudkan
keberadaannya ditengah masyarakat mereka menjadi innovator dan memiliki daya
saing serta memiliki imajinasi yang kuat disamping kreatif dan memiliki pula
inisiatif serta teguh dalam prinsip (istiqamah, consern), bahkan senantiasa
berfikir objektif dan mempunyai akal budi.
C.
Sumber – Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Islam
Setelah
kita mengetahui betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan
betapa Allah SWT mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus
belajar, maka Islampun telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar
mereka menjadi ummat yang terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal)
dan agar mereka tidak salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber
pengetahuan berdasarkan urutan kebenarannya sebagai berikut:
1.
Al-Qur’an dan Sunnah :
Allah
SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan al-Qur’an dan Sunnah sebagai
sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini dikarenakan keduanya adalah langsung
dari sisi Allah SWT dan dalam pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan,
dan terbebas dari segala vested interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang
Maha Berilmu dan Yang Maha Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari
keduanya, disampaikan Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan
ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3) dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala
hal (QS 33/21).
2.
Alam semesta:
Allah
SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam semesta (QS 3/190-192)
dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya, diantara ayat2 yang telah
dibuktikan oleh pengetahuan modern seperti :
a) Ayat
tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS 41/11).
b) Ayat
tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30): Kegelapan (nebula dari kumpulan H dan
He yang bergerak pelan), adanya sumber cahaya akibat medan magnetik yang
menghasilkan panas radiasi termonuklir (bintang dan matahari) pembakaran atom H
menjadi He lalu menjadi C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan
logam seperti planet (bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk
air baru mengakibatkan adanya kehidupan (tumbuhan).
c) Ayat
bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS 86/3), matahari sebagai
contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.
d) Ayat
tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).
e) Ayat
bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama ad-dunya) (QS 37/6).
f) Ayat
yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya (nur/kaukab) dengan
matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16).
g) Ayat
tentang gaya tarik antar planet (QS 55/7).
h) Ayat
tentang revolusi bumi mengedari matahari (QS 27/88).
i)
Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki
waktu orbit yang berbeda2 (QS 55/5) dan garis edar sendiri2 yang tetap (QS
36/40).
j)
Ayat bahwa bumi ini bulat
(kawwara-yukawwiru) dan melakukan rotasi (QS 39/5).
k) Ayat
tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6/125).
l)
Ayat tentang akan sampainya manusia
(astronaut) ke ruang angkasa (ini bedakan dengan lau) dengan ilmu pengetahuan
(sulthan) (QS 55/33).
m) Ayat
tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan salju (QS 24/43).
n) Ayat
tentang bahwa awal kehidupan dari air (QS 21/30).
o) Ayat
bahwa angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan (pollen) tumbuhan (QS
15/22).
p) Ayat
bahwa pada tumbuhan terdapat pasangan bunga jantan (etamine) dan bunga betina
(ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3).
q) Ayat
tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari makanan (farts) lalu
diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66), perlu dicatat
bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya nabi
Muhammad SAW.
r) Ayat
tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan campuran (QS 76/2),
mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat spermatozoid),
vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostrate (pemberi
warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir).
s) Ayat
bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22/5), dengan tumbuhnya
villis yang seperti akar yang menempel pada rahim.
t) Ayat
tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nuthfah) zygote yang melekat
(‘alaqah) segumpal daging/embryo (mudhghah) dibungkus oleh tulang dalam
misenhyme (‘izhama) tulang tersebut dibalutoleh otot dan daging (lahma) (QS
23/14).
3.
Diri manusia:\
Allah
SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang proses penciptaannya, baik
secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun psikologis/jiwa manusia tersebut (QS
91/7-10).
4.
Sejarah:
Allah
SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya melalui lembar
sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran wahyu-Nya dan akan
datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud, Shalih, Fir’aun,
dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam sejarah hingga
saat ini.
Bila
diteliti bahwa ayat pertama turun adalah (Iqra’, artinya baca) QS. 96, Al ‘Alaq
1-5. Membaca dan menulis, adalah “jendela ilmu pengetahuan”. Dijelaskan, dengan
membaca dan menulis akan mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak
diketahui (‘allamal-insana maa lam ya’lam). Ilham dan ilmu belum berakhir.
Wahyu Allah berfungsi sebagai sinyal dan dorongan kepada manusia untuk
mendalami pemahaman sehingga mampu membaca setiap perubahan zaman dan
pergantian masa. Adapun keistimewaan ilmu, menurut wahyu Allah, antara lain :
1. Yang
mengetahui pengertian ayat-ayat mutasyabihat hanyalah Allah dan orang-orang
yang dalam ilmunya (QS.2:7)
2. Orang
berilmu mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah (QS.3:18)
3. Di
atas orang berilmu, masih ada lagi yang Maha Tahu (QS.12:76)
4. Bertanyalah
kepada ahli ilmu kalau kamu tidak tahu, (QS.16:43, dan 21:7)
5. Jangan
engkau turuti apa-apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu (QS.17:36)
6. Kamu
hanya mempunyai ilmu tentang ruh sedikit sekali (QS.17:85)
7. Memohonlah
kepada Allah supaya ilmu bertambah (QS.20:114)
8. Ilmu
mereka (orang yang menolak ajaran agama) tidak sampai tentang akhirat (QS.27:66)
9. Hanyalah
orang-orang berilmu yang bisa mengerti (QS.29:43)
10. Yang
takut kepada Tuhan hanyalah orang-orang berilmu (QS.35:28)
11. Tuhan
meninggikan orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa tingkatan
(QS.58:11)
12. Tuhan
mengajarkan dengan pena (tulis baca) dan mengajarkan kepada manusia ilmu yang
belum diketahuinya (QS.96:4-5)
Keutamaan
orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan Allah dalam
ayat-ayat berikut:
“Katakanlah:
‘Adakah sama orang-orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu?’
Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”
(QS. Az-Zumar [39] : 9).
“Allah
berikan al-Hikmah (Ilmu pengetahuan, hukum, filsafat dan kearifan) kepada siapa
saja yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al-Hikmah itu,
benar-benar ia telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
berakallah yang dapat mengambil pelajaran (berdzikir) dari firman-firman
Allah.” (QS. Al-Baqoroh [2] : 269).
“…
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Mujaadilah [58] :11)
Rasulullah
SAW pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik
mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi
zaman yang sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi SAW).
“Menuntut
ilmu itu diwajibkan bagi setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para
penuntut ilmu.” (Al-Hadits Nabi SAW).
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar