IKATAN KIMIA
Ikatan kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Dalam prakteknya, para kimiawan biasanya bergantung pada teori kuantum
atau penjelasan kualitatif yang kurang kaku (namun lebih mudah untuk
dijelaskan) dalam menjelaskan ikatan kimia. Secara umum, ikatan kimia
yang kuat diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang
berpartisipasi. Ikatan kimia menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu ikatan kimia juga menentukan struktur suatu zat.
Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya, ikatan kovalen dan ikatan ion dianggap sebagai ikatan "kuat", sedangkan ikatan hidrogen dan ikatan van der Waals
dianggap sebagai ikatan "lemah". Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa ikatan "lemah" yang paling kuat dapat lebih kuat daripada ikatan
"kuat" yang paling lemah.
Sejarah
Spekulasi awal dari sifat-sifat ikatan kimia yang berawal dari abad ke-12 mengganggap spesi kimia tertentu disatukan oleh sejenis afinitas kimia. Pada tahun 1704, Isaac Newton menggarisbesarkan teori ikatan atomnya pada "Query 31" buku Opticksnya dengan mengatakan atom-atom disatukan satu sama lain oleh "gaya" tertentu.
Pada tahun 1819, setelah penemuan tumpukan volta, Jöns Jakob Berzelius
mengembangkan sebuah teori kombinasi kimia yang menekankan sifat-sifat
elektrogenativitas dan elektropositif dari atom-atom yang bergabung.
Pada pertengahan abad ke-19 Edward Frankland, F.A. Kekule, A.S. Couper, A.M. Butlerov, dan Hermann Kolbe, beranjak pada teori radikal, mengembangkan teori valensi
yang pada awalnya disebut "kekuatan penggabung". Teori ini mengatakan
sebuah senyawa tergabung berdasarkan atraksi kutub positif dan kutub
negatif. Pada tahun 1916, kimiawan Gilbert N. Lewis mengembangkan konsep ikatan elektron berpasangan. Konsep ini mengatakan dua atom dapat berkongsi satu sampai enam elektron, membentuk ikatan elektron tunggal, ikatan tunggal, ikatan rangkap dua, atau ikatan rangkap tiga.
Dalam kata-kata Lewis sendiri:
“ | An electron may form a part of the shell of two different atoms and cannot be said to belong to either one exclusively. | ” |
Pada tahun yang sama, Walther Kossel juga
mengajukan sebuah teori yang mirip dengan teori Lewis, namun model teorinya
mengasumsikan transfer elektron yang penuh antara atom-atom. Teori ini
merupakan model ikatan polar. Baik Lewis
dan Kossel membangun model ikatan mereka berdasarkan kaidah Abegg (1904).
Pada tahun 1927, untuk pertama
kalinya penjelasan matematika kuantum yang penuh atas ikatan kimia yang
sederhana berhasil diturunkan oleh fisikawan Denmark Oyvind Burrau.
Hasil kerja ini menunjukkan bahwa pendekatan kuantum terhadap ikatan kimia
dapat secara mendasar dan kuantitatif tepat. Namun metode ini tidak mampu
dikembangkan lebih jauh untuk menjelaskan molekul yang memiliki lebih dari satu
elektron. Pendekatan yang lebih praktis namun kurang kuantitatif dikembangkan
pada tahun yang sama oleh Walter Heitler and Fritz London. Metode
Heitler-London menjadi dasar dari teori ikatan valensi. Pada tahun 1929, metode orbital
molekul kombinasi linear orbital atom (Bahasa Inggris: linear
combination of atomic orbitals molecular orbital method), disingkat LCAO,
diperkenalkan oleh Sir John Lennard-Jones
yang bertujuan menurunkan struktur elektronik dari molekul F2 (fluorin)
dan O2 (oksigen) berdasarkan prinsip-prinsip dasar
kuantum. Teori orbital molekul ini mewakilkan ikatan kovalen
sebagai orbital yang dibentuk oleh orbital-orbital atom mekanika kuantum Schrödinger yang telah dihipotesiskan untuk
atom berelektron tunggal. Persamaan ikatan elektron pada multielektron tidak
dapat diselesaikan secara analitik, namun dapat dilakukan pendekatan yang
memberikan hasil dan prediksi yang secara kualitatif cukup baik. Kebanyakan
perhitungan kuantitatif pada kimia kuantum
modern menggunakan baik teori ikatan valensi maupun teori orbital molekul
sebagai titik awal, walaupun pendekatan ketiga, teori fungsional
rapatan (Bahasa Inggris: density functional theory), mulai
mendapatkan perhatian yang lebih akhir-akhir ini.
Pada tahun 1935, H. H. James dan
A. S. Coolidge melakukan perhitungan pada molekul dihidrogen.Berbeda dengan
perhitungan-perhitungan sebelumnya yang hanya menggunakan fungsi-fungsi jarak
antara elektron dengan inti atom, mereka juga menggunakan fungsi yang secara
eksplisit memperhitungkan jarak antara dua elektron.
Dengan 13 parameter yang dapat diatur, mereka mendapatkan hasil yang sangat
mendekati hasil yang didapatkan secara eksperimen dalam hal energi disosiasi.
Perluasan selanjutnya menggunakan 54 parameter dan memberikan hasil yang sangat
sesuai denganhasil eksperimen. Perhitungan ini meyakinkan komunitas sains bahwa
teori kuantum dapat memberikan hasil yang sesuai dengan hasil eksperimen. Namun
pendekatan ini tidak dapat memberikan gambaran fisik seperti yang terdapat pada
teori ikatan valensi dan teori orbital molekul. Selain itu, ia juga sangat
sulit diperluas untuk perhitungan molekul-molekul yang lebih besar.
Teori ikatan valensi
Pada tahun 1927, teori ikatan
valensi dikembangkan atas dasar argumen bahwa sebuah ikatan kimia terbentuk
ketika dua valensi elektron bekerja
dan menjaga dua inti atom bersama oleh karena efek penurunan energi sistem.
Pada tahun 1931, beranjak dari teori ini, kimawan Linus Pauling
mempublikasikan jurnal ilmiah yang dianggap sebagai jurnal paling penting dalam
sejarah kimia: "On the Nature of the Chemical Bond". Dalam jurnal
ini, berdasarkan hasil kerja Lewis dan teori valensi ikatan Heitler dan London,
dia mewakilkan enam aturan pada ikatan elektron berpasangan:
1. Ikatan
elektron berpasangan terbentuk melalui interaksi elektron tak-berpasangan pada
masing-masing atom.
2. Spin-spin
elektron haruslah saling berlawanan
3. Seketika
dipasangkan, dua elektron tidak bisa berpartisipasi lagi pada ikatan lainnya.
4. Pertukaran
elektron pada ikatan hanya melibatkan satu persamaan gelombang untuk setiap
atom.
5. Elektron-elektron
yang tersedia pada aras energi yang paling rendah akan membentuk ikatan-ikatan
yang paling kuat.
6. Dari
dua orbital pada sebuah atom, salah satu yang dapat bertumpang tindih paling
banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat, dan ikatan ini akan cenderung
berada pada arah orbital yang terkonsentrasi.
Buku teks tahun 1939 Pauling: On
the Nature of Chemical Bond menjadi apa yang banyak orang sebut sebagai
"kitab suci" kimia modern. Buku ini membantu kimiawan eksperimental
untuk memahami dampak teori kuantum pada kimia. Namun, edisi 1959 selanjutnya
gagal untuk mengalamatkan masalah yang lebih mudah dimengerti menggunakan teori
orbital molekul. Dampak dari teori valensi ini berkurang sekitar tahun 1960-an
dan 1970-an ketika popularitas teori orbital molekul meningkat dan
diimplementasikan pada beberapa progam komputer yang besar. Sejak tahun
1980-an, masalah implementasi teori ikatan valensi yang lebih sulit pada
program-program komputer telah hampir dipecahkan dan teori ini beranjak bangkit
kembali.
Teori orbital molekul
Teori orbital molekul
(Bahasa Inggris: Molecular orbital tehory), disingkat MO, menggunakan
kombinasi linear orbital-orbital atom untuk membentuk
orbital-orbital molekul yang menrangkumi seluruh molekul. Semuanya ini
seringkali dibagi menjadi orbital ikat, orbital antiikat, dan
orbital bukan-ikatan. Orbital molekul hanyalah sebuah orbital
Schrödinger yang melibatkan beberapa inti atom. Jika orbital ini merupakan tipe
orbital yang elektron-elektronnya memiliki kebolehjadian lebih tinggi berada di
antara dua inti daripada di lokasi lainnya, maka orbital ini adalah
orbital ikat dan akan cenderung menjaga kedua inti bersama. Jika
elektron-elektron cenderung berada di orbital molekul yang berada di lokasi lainnya,
maka orbital ini adalah orbital antiikat dan akan
melemahkan ikatan. Elektron-elektron yang berada pada orbital bukan-ikatan
cenderung berada pada orbital yang paling dalam (hampir sama dengan orbital atom),
dan diasosiasikan secara keseluruhan pada satu inti. Elektron-elektron ini tidak
menguatkan maupun melemahkan kekuatan ikatan.
Perbandingan antara teori ikatan valensi dan teori orbital molekul
Pada beberapa bidang, teori
ikatan valensi lebih baik daripada teori orbital molekul. Ketika diaplikasikan
pada molekul berelektron dua, H2, teori ikatan valensi, bahkan
dengan pendekatan Heitler-London yang paling sederhana, memberikan pendekatan energi ikatan yang lebih
dekat dan representasi yang lebih akurat pada tingkah laku elektron ketika
ikatan kimia terbentuk dan terputus. Sebaliknya, teori orbital molekul
memprediksikan bahwa molekul hidrogen akan berdisosiasi menjadi superposisi
linear dari hidrogen atom dan ion hidrogen positif dan negatif. Prediksi ini
tidak sesuai dengan gambaran fisik. Hal ini secara sebagian menjelaskan mengapa
kurva energi total terhadap jarak antar atom pada metode ikatan valensi berada
di atas kurva yang menggunakan metode orbital molekul. Situasi ini terjadi pada
semua molekul diatomik homonuklir dan tampak dengan jelas pada F2
ketika energi minimum pada kurva yang menggunakan teori orbital molekul masih
lebih tinggi dari energi dua atom F.
Konsep hibridisasi sangatlah berguna
dan variabilitas pada ikatan di kebanyakan senyawa organik sangatlah rendah,
menyebabkan teori ini masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kimia
organik. Namun, hasil kerja Friedrich Hund, Robert Mulliken,
dan Gerhard Herzberg menunjukkan bahwa teori
orbital molekul memberikan deskripsi yang lebih tepat pada spektrokopi,
ionisasi, dan sifat-sifat magnetik molekul. Kekurangan teori ikatan valensi
menjadi lebih jelas pada molekul yang berhipervalensi (contohnya PF5)
ketika molekul ini dijelaskan tanpa menggunakan orbital-orbital d yang sangat
krusial dalam hibridisasi ikatan yang diajukan oleh Pauling. Logam kompleks dan senyawa yang kurang elektron (seperti diborana) dijelaskan
dengan sangat baik oleh teori orbital molekul, walaupun penjelasan yang
menggunakan teori ikatan valensi juga telah dibuat.
Pada tahun 1930, dua metode ini
saling bersaing sampai disadari bahwa keduanya hanyalah merupakan pendekatan
pada teori yang lebih baik. Jika kita mengambil struktur ikatan valensi yang
sederhana dan menggabungkan semua struktur kovalen dan ion yang dimungkinkan
pada sekelompok orbital atom, kita mendapatkan apa yang disebut sebagai fungsi
gelombang interaksi konfigurasi penuh. Jika kita mengambil deskripsi orbital
molekul sederhana pada keadaan dasar dan mengkombinasikan fungsi tersebut
dengan fungsi-fungsi yang mendeskripsikan keseluruhan kemungkinan keadaan
tereksitasi yang menggunakan orbital tak terisi dari sekelompok orbital atom
yang sama, kita juga mendapatkan fungsi gelombang interaksi konfigurasi penuh.
Terlihatlah bahwa pendekatan orbital molekul yang sederhana terlalu
menitikberatkan pada struktur ion, sedangkan pendekatan teori valensi ikatan
yang sederhana terlalu sedikit menitikberatkan pada struktur ion. Dapat kita
katakan bahwa pendekatan orbital molekul terlalu ter-delokalisasi,
sedangkan pendekatan ikatan valensi terlalu ter-lokalisasi.
Sekarang kedua pendekatan
tersebut dianggap sebagai saling memenuhi, masing-masing memberikan
pandangannya sendiri terhadap masalah-masalah pada ikatan kimia. Perhitungan
modern pada kimia kuantum biasanya dimulai dari (namun pada
akhirnya menjauh) pendekatan orbital molekul daripada pendekatan ikatan
valensi. Ini bukanlah karena pendekatan orbital molekul lebih akurat dari
pendekatan teori ikatan valensi, melainkan karena pendekatan orbital molekul
lebih memudahkan untuk diubah menjadi perhitungan numeris. Namun program-progam
ikatan valensi yang lebih baik juga tersedia.
Ikatan dalam rumus kimia
Bentuk atom-atom dan
molekul-molekul yang 3 dimensi sangatlah menyulitkan dalam menggunakan teknik
tunggal yang mengindikasikan orbital-orbital dan ikatan-ikatan. Pada rumus molekul,
ikatan kimia (orbital yang berikatan) diindikasikan menggunakan beberapa metode
yang bebeda tergantung pada tipe diskusi. Kadang-kadang kesemuaannya
dihiraukan. Sebagai contoh, pada kimia organik,
kimiawan biasanya hanya peduli pada gugus fungsi
molekul. Oleh karena itu, rumus molekul etanol dapat ditulis secara konformasi, 3-dimensi,
2-dimensi penuh (tanpa indikasi arah ikatan 3-dimensi), 2-dimensi yang
disingkat (CH3–CH2–OH), memisahkan gugus fungsi dari
bagian molekul lainnnya (C2H5OH), atau hanya dengan
konstituen atomnya saja (C2H6O). Kadangkala, bahkan
kelopak valensi elektron non-ikatan (dengan pendekatan arah yang digambarkan
secara 2-dimensi) juga ditandai. Beberapa kimiawan juga menandai
orbital-orbital atom, sebagai contoh anion etena−4 yang
dihipotesiskan (\/C=C/\ −4)
mengindikasikan kemungkinan pembentukan ikatan.sehingga terjadi ikatan rangkap
dua.
Ikatan kuat kimia
Ikatan-ikatan berikut adalah
ikatan intramolekul yang mengikat atom-atom bersama menjadi molekul.
Dalam pandangan yang sederhana dan terlokalisasikan, jumlah elektron yang
berpartisipasi dalam suatu ikatan biasanya merupakan perkalian dari dua, empat,
atau enam. Jumlah yang berangka genap umumnya dijumpai karena elektron akan
memiliki keadaan energi yang lebih rendah jika berpasangan. Teori-teori ikatan
yang lebih canggih menunjukkan bahwa kekuatan ikatan tidaklah
selalu berupa angka bulat dan tergantung pada distribusi elektron pada setiap
atom yang terlibat dalam sebuah ikatan. Sebagai contohnya, karbon-karbon dalam
senyawa benzena
dihubungkan satu sama lain oleh ikatan 1.5 dan dua atom dalam nitrogen monoksida NO dihubungkan oleh ikatan
2,5. Keberadaan ikatan rangkap empat juga
diketahui dengan baik. Jenis-jenis ikatan kuat bergantung pada perbedaan elektronegativitas dan distribusi orbital
elektron yang tertarik pada suatu atom yang terlibat dalam ikatan. Semakin
besar perbedaan elektronegativitasnya, semakin besar elektron-elektron tersebut
tertarik pada atom yang berikat dan semakin bersifat ion pula ikatan tersebut.
Semakin kecil perbedaan elektronegativitasnya, semakin bersifat kovalen ikatan
tersebut.
Ikatan kovalen
Artikel utama untuk bagian ini
adalah: Ikatan kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan
yang umumnya sering dijumpai, yaitu ikatan yang perbedaan elektronegativitas
(negatif dan positif) di antara atom-atom yang berikat sangatlah kecil atau
hampir tidak ada. Ikatan-ikatan yang terdapat pada kebanyakan senyawa organik
dapat dikatakan sebagai ikatan kovalen. Lihat pula ikatan sigma
dan ikatan pi
untuk penjelasan LCAO terhadap jenis ikatan ini.
Macam-macam Ikatan Kovalen
- Ikatan Kovalen Tunggal adalah ikatan yang menggunakan sepasang elektron.
contoh pembentukan HCl (asam klorida)
- Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan yang menggunakan 2 pasang elektron
contoh pembentukan molekul O2
- Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan yang menggunakan tiga pasang elektron
contoh pembentukan N2 (gas nitrogen)
- Ikatan kovalen koordinat adalah ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari satu atom saja.
Contoh Pembentukan NH4+
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar