KERAJAAN
KEDIRI
A. Berdirinya Kerajaan Kediri

Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja
Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai
lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha.
B. Perkembangan politik
Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja
Mapanji Alanjung (1052 -1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh
Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan
Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua
kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari
Kediri.
Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke
Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja
Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan
sabit yang biasa disebut Candrakapala.
Setelah Bameswara turun takhta, ia digantikan Jayabaya yang
dalam masa pemerintahannya itu berhasil mengalahkan Jenggala. Berturut-turut
raja-raja Kediri sejak Jayabaya sebagai berikut.
1) Raja Jayabaya (1135 M – 1159 M)
Raja Jayabaya menggunakan lencana kerajaan berupa lencana
Narasingha. Kemenangannya atas peperangan melawan Jenggala diperingatinya
dengan memerintahkan Mpu Sedah menggubah kakawin Bharatayudha. Karena Mpu Sedah
tidak sanggup menyelesaikan kakawin tersebut, Mpu Panuluh melanjutkan dan
menyelesaikannya pada tahun 1157 M. Pada masa pemerintahannya ini, Kediri
mencapai puncak kejayaan.
2) Raja Sarweswara (1159 – 1169 M)
Pengganti Jayabaya adalah Raja Sarweswara. Tidak banyak yang
diketahui mengenai raja ini sebab terbatasnya peninggalan yang ditemukan. Ia
memakai lencana kerajaan berupa Ganesha.
3) Raja Kameswara (1182 – 1185 M)
Selama beberapa waktu, tidak ada berita yang jelas mengenai
raja Kediri hingga munculnya Kameswara. Pada masa pemerintahannya ini ditulis
kitab Kakawin Smaradahana oleh Mpu Darmaja yang berisi pemujaan terhadap raja,
serta kitab Lubdaka dan Wretasancaya yang ditulis oleh Mpu Tan Alung. Kitab
Lubdaka bercerita tentang seorang pemburu yang akhirnya masuk surga dan
Wretasancaya berisi petunjuk mempelajari tembang Jawa Kuno.
4) Raja Kertajaya (1185 – 1222 M)
Pada masa pemerintahan Kertajaya, terjadi pertentangan antara
para brahmana dan Raja Kertajaya. Hal ini terjadi karena para brahmana menolak
menyembah raja yang menganggap dirinya sebagai dewa. Para brahmana lalu meminta
perlindungan pada Ken Arok. Kesempatan ini digunakan Ken Arok untuk memberontak
terhadap Kertajaya. Pada tahun 1222 M terjadi pertempuran hebat di Ganter dan
Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya.
C. Kehidupan sosial masyarakat
Kehidupan sosial kemasyarakatan pada zaman Kerajaan Kediri
dapat kita lihat dalam kitab Ling-Wai-Tai-Ta yang disusun oleh Chou Ku-Fei pada
tahun 1178 M. Kitab tersebut menyatakan bahwa masyarakat Kediri memakai kain
sampai bawah lutut dan rambutnya diurai. Rumah-rumahnya rata-rata sangat bersih
dan rapi.
Lantainya dibuat dari ubin yang berwarna kuning dan hijau.
Pemerintahannya sangat memerhatikan keadaan rakyatnya sehingga pertanian,
peternakan, dan perdagangan mengalami kemajuan yang cukup pesat.
Golongan-golongan dalam masyarakat Kediri dibedakan menjadi
tiga berdasarkan kedudukan dalam pemerintahan kerajaan.
1) Golongan masyarakat pusat (kerajaan), yaitu masyarakat yang
terdapat dalam lingkungan raja dan beberapa kaum kerabatnya serta kelompok
pelayannya.
2) Golongan masyarakat thani (daerah), yaitu golongan masyarakat
yang terdiri atas para pejabat atau petugas pemerintahan di wilayah thani
(daerah).
3) Golongan masyarakat non pemerintah, yaitu golongan masyarakat
yang tidak mempunyai kedudukan dan hubungan dengan pemerintah secara resmi atau
masyarakat wiraswasta.
Kediri memiliki 300 lebih pejabat yang bertugas mengurus dan
mencatat semua penghasilan kerajaan. Di samping itu, ada 1.000 pegawai rendahan
yang bertugas mengurusi benteng dan parit kota, perbendaharaan kerajaan, dan
gedung persediaan makanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar